8:49 PM | Author: Akhmad Fais Fauzi

"Setiap fajar menyingsing
seekor rusa terjaga
Ia tahu hari ini ia harus lari lebih cepat
dari seekor singa tercepat
Jika tidak ia akan terbunuh

Setiap fajar menyingsing
seekor singa terbangun dari tidurnya
Ia tahu hari ini ia harus mampu
mengejar rusa yang paling lambat
Jika tidak, ia akan mati kelaparan

Tak masalah apakah kau seekor rusa,
ataupun seekor singa,
Karena setiap kali fajar menyingsing,
sebaiknya engkau mulai berlari!!"

-sastra kuno Afrika



9:06 AM | Author: Akhmad Fais Fauzi
Sampe kapan mereka bilang “kamu terlalu muluk2!” atau “itu sih idealnya…”


Idealis, sebuah aliran paradigma keyakinan atas suatu hal yang dianggap benar oleh seseorang. Idealisme tumbuh secara perlahan dalam jiwa seseorang, dan termanifestasikan dalam bentuk perilaku, sikap, ide ataupun cara berpikir. Ketika berdiskusi dengan beberapa teman tentang aliran paradigma ini, ternyata mereka memiliki alirannya masing-masing. Ada yang beraliran idealis, ada yang super idealis (mungkin lebih pas dibilang utopis), ada yang realistis, ada yang kelewatan realistis (dibaca: pesimistis), dan juga ada salah seorang teman yang beraliran iderealistis (dia ngarang sendiri). Menurut saya pribadi, tidak ada yang salah dari setiap aliran, paradigma, atau cara pandang tiap orang tersebut. Sebab saya yakin, dalam setiap aliran ini pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Kebanyakan teman-teman saya dan masyarakat Indonesia pada umumnya, beranggapan bahwa pandangan hidup yang idealis adalah paradigma yang harus dijauhi agar kehidupan berjalan dengan baik. Biarkanlah arus kehidupan yang membawa kita, ikuti situasi kondisi lingkungan yang ada (walaupun terkadang mengabaikan nilai kebenaran yang dia yakini). Atau istilahnya “dalam hidup gak usah macam-macam, ikuti arus aja”.

Namun bagi saya pribadi, saya memilih untuk berpandangan idealis. Idealis disini dalam artian mau melakukan perubahan baik dari kondisi buruk saat ini, mampu berbuat lebih dari apa yang diminta, berpikir out of the box dan tidak terpaku dengan apa yang ada, memimpikan dan mengejar sesuatu yangdiluar kebiasaan, tetapi tetap pada tataran nilai-nilai yang ada (bersumber dari pengalaman, pendidikan, kultur budaya, maupun kebiasaan).

Seringkali dalam kehidupan saya bertemu dengan orang yang realistis berlebihan atau mungkin pesimistis berkata, “kamu terlalu muluk2!”, atau “itu sih idealnya..” Misalkan ketika saya sedang naik bus kota dan berbicara kepada teman saya “wah seharusnya kendaraan umum ini ditingkatin kualitasnya, mulai dari jangan melebihi kuota, kursinya diperbagus, AC nya diperbaiki, kondekturnya ramah, supirnya mengendarai bus dengan tidak ugal-ugalan, emisi buangnya tidak polutif, tempat turun/naik (titik transit) dekat dengan tujuan perjalanan atau pusat kegiatan, ditambah dengan peningkatan kualitas kendaraannya secara umum. Jika semua itu dilakukan, pasti akan banyak yang pindah dari pengguna mobil atau motor pribadi menjadi naik bus”. Menanggapi pernyataan saya, teman saya berkata, “ah kamu terlalu mimpi, muluk-muluk, terlalu berfantasi. Itu kan idealnya, susah tau diterapin”.

Pendapat saya dalam hal ini, memang upaya memperbaiki suatu hal tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Tapi ketika ingin menuju keadaan yang lebih baik, kita harus idealis, optimis, dan perlu ada perubahan. Perubahan ini menurut saya menjadi kata kunci dalam paradigma idealis. Dunia tak akan membaik ketika tak ada mimpi untuk merubahnya. Tidak akan pernah bangsa ini merdeka jika pahlawan kita tidak memiliki idealis untuk merdeka. Tidak akan pernah orang kulit hitam menjadi pemimpin, bos, atu bahkan artis di Afrika Selatan dan belahan dunia lain jika Nelson Mandela tidak beridealis melawan politik apartheid. Dan jauh lebih dari itu, tidak akan terang benderang masa kini jika Nabi Muhammad tidak memberikan intervensi perubahan pada masa jahilia pada masa tersebut. Jadi jelas, perubahan besar terjadi karena adanya idealis dari sesuatu yang dianggap benar. Jangan terjebak dengan pernyataan “kita tidak akan bisa, sulit diterapkan, atau kamu terlalu muluk”.

Namun begitu, hal yang harus digaris bawahi dalam hal ini adalah idealis bukanlah mimpi dan fantasi belaka. Idealis harus tetap logis dan berdasar pada nilai-nilai yang ada. Pandangan realistis bukanlah musuh dari pandangan idealis. Idealis dapat terjadi karena keinginan realistis kita untuk berada dalam kondisi yang benar dan ideal. Keduanya berjalan searah dan selaras, bukan berbanding terbalik.

Selamat ber-idealis untuk mewujudkan kondisi ideal!        
12:59 AM | Author: Akhmad Fais Fauzi

Tidak terasa tahun baru 2012 telah tiba. Malam tahun baru kali ini saya habiskan di Kota Yogyakarta, tempat dimana saya berkuliah. Malam tahun baru kemarin sama seperti malam2 tahun baru sebelumnya. Setiap orang menyiapkan terompet untuk ditiup tepat pada saat pergantian tahun. Tepat pukul 00.00 suara terompet begitu menggema dan bergemuruh, orang-orang pun sorak sorai bergembira. Pagi pun datang, sisa-sisa sampah hasil pesta malam tahun baru sangat berserakan. Dalam hati kecil saya berpikir, alangkah sebuah pemborosan yang besar peristiwa malam tahun baru. Jutaan bahkan hingga ratusan juta rupiah dihabiskan dengan sekejap hanya untuk terompet dan petasan.

Di sisi lain malam tahun 2012 lalu juga terdapat suara menggema dan bergemuruh. Hanya saja bukan terompet yang berbunyi, melainkan bunyi perut masyarakat fakir miskin yang masih hidup dalam kelaparan dan kemiskinan. Ketika peniup terompet dan pemasang petasan tidur karena lelahnya peristiwa malam tahun baru, si fakir beraksi untuk mengais sisa-sisa barang bekas dan makanan yang masih berserakan. Sungguh miris melihat fenomena kontradiktif semacam itu di Indonesia, apalagi ini terjadi di Kota Yogyakarta, yang notabennya sebagai Kota Pelajar, Kota Budaya, dan Kota Humanis. Mungkin di kota lain fenomena semacam ini jauh lebih kentara.

Kejadian diatas menyadarkan saya, ternyata peristiwa tahun baru itu tidaklah penting. Yang penting adalah cara pandang yang baru dalam setiap kejadian di tahun baru ini. Tahun baru yang sesungguhnya dapat dikatakan ketika kita sudah mampu mengubah kebiasaan buruk yang lama, menggantinya dengan cara pikir, sikap, dan tingkah laku baru yang didasari hubungan dengan Sang Pencipta maupun hubungan dengan sesama manusia. Tahun baru juga berarti kita harus mampu mengasah kompetensi diri dengan metode yang baru untuk meraih jenjang karier yang baru. Makna tahun baru berada pada pencarian jati diri yang sesungguhnya tentang makna kehidupan dan arti hidup. Cobalah untuk memulai merubah pandangan mengenai harta, jabatan, maupun tentang pribadi orang lain. Contohnya seperti, ketika kita punya banyak harta alhamdulillah sekali, kita bisa beli barang yang kita butuhkan, namun bukan keinginan semata-mata melainkan memang yang kita butuh. Selain itu banyak harta bisa bantu orang yang membutuhkan. Banyak harta juga harus semakin mensyukuri nikmat Allah karena masih banyak orang lain yang hidup menderita, tetapi diri kita dicukupkan. 
Namun jika punya sedikit harta?Alhamdulillah, tenyata kita bisa belajar arti hidup dalam kesederhanaan. Selain itu juga tahu bahwa hidup dengan sedikit harta memang sulit sehingga mampu ikut merasakan orang lain yang menderita, mendorong kita untuk berbagi dan berjiwa sosial. Alhamdulillah pula, dengan sedikit harta mengharuskan kita untuk mampu memanajemen prioritas kebutuhan, sehingga dapat belajar kehematan. Selain itu menjadi pemantik dan pemotivasi kita untuk bekerja keras dan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan hasil yang baik yang akan berdampak pada peningkatan ekonomi. Sedikit harta bukan alasan untuk tidak bersedekah dengan orang lain, ketika orang kaya bersedekah wajar saja karena dia kelebihan harta. Tapi alangkah lebih hebatnya ketika kita dapat memberi justru dalam keadaan kekurangan. Tak ada harta, senyumpun dapat menjadi sedekah kita yang bernilai pada orang lain. :)
Tahun baru cobalah untuk berpositive thinking dan berpositive doing agar mampu menemukan arti hidup yang baru. Selamat berpositif!
-fais
5:16 PM | Author: Akhmad Fais Fauzi

Akhir-akhir ini, kita sangat sering melihat dan mendengar makin parahnya hinaan yang ditujukan pada Nabi Muhammad. Mulai dari ejekan orang kafir yang bahwa Muhammad hanya seorang pembohong, penyihir, orang gila, pemimpin irasional yang gila wanita, sampai kepada kumpulan karikatur yang disebarluaskan oleh media Denmark, Jyllen-Postern yang berisikan penghinaan parah terhadap Rasulullah. Bahkan lebih parahnya lagi, ketika saya sedang membuka jejaring sosial Facebook, terpampang jelas sebuah grup yang sangat membuat emosi diri ini naik dan tentu sangat memprovokasi seluruh umat muslim di dunia. Grup bernama “Everybody Draw Muhammad Day” ini menetapkan tanggal 20 Mei sebagai hari menggambar karikatur Muhammad. Padahal jelas-jelas dalam agama Islam menggambar Nabi Muhammad adalah hal dilarang karena dapat menimbulkan kemusyrikan. Menggambar Muhammad ketika melakukan aktivitas sehari-hari saja tidak boleh apalagi ini berisikan penghinaan.

Seringkali saya bertanya dalam hati, mengapa mereka membenci Nabi Muhammad? Mereka yang membenci tidak tahu apa2 tentang Nabi Muhammad, kehidupannya yang penuh ketauladanan, ucapan indahnya yang membuat semua orang yang mendengar terguncang hatinya, tingkah laku yang hanya didedikasikan untuk keridhaan Allah, serta ketetapannya yang jauh lebih sempurna dibanding dengan undang-undang buatan manusia. Mereka telah mendapatkan cerita yang keliru dari orang yang benci Nabi Muhammad sebelumnya, kemudian diceritakan kembali dengan cerita yang jauh dilebih-lebihkan dengan dasar kebencian yang tak beralasan. Mereka telah menutup diri dan hati mereka untuk mencoba mengenal Nabi Muhammad sesungguhnya.

Mungkin mereka menganggap saya hanya melakukan pembelaan karena saya merupakan seorang muslim. Tapi saya mencoba seobjektif mungkin dengan mencari beberapa pandangan dari non-muslim yang benar-benar membuka diri untuk mengenal Nabi Muhammad sesungguhnya. Sebagai catatan, mereka tidak masuk Islam namun berpendapat objektif tentang Nabi Muhammad.
“Pilihan saya menempatkan Muhammad di urutan teratas mungkin mengejutkan para pembaca dan dipertanyakan banyak orang, tetapi Muhammad adalah satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil dalam dua tataran sekaligus, agama dan sekular” (Michael H. Hart dalam buku The 100:A Ranking of The Most Influental Persons In History, New York, 1978) 
“Filosof, orator, utusan Tuhan, pembuat undang-undang, pejuang, penakluk pikiran, pembaru dogma-dogma rasional dan penyembahan kepada Tuhan yang tak terperikan, pendiri dua puluh kerajaan bumi dan satu kerajaan langit, dialah Muhammad. Berkaitan dengan semua norma yang menjadi tolak ukur kemuliaan manusia, kita boleh bertanya, adakah manusia yang lebih besar daripada dia?” (Alphonse de Lamartine dalam buku Historie De La Turquie, Paris, 1854) 
“Saya semakin yakin bahwa bukanlah pedang yang menaklukkan sebuah daerah bagi Islam untuk hidup di zaman itu. Kesederhanaan yang teguh, Nabi yang sama sekali tidak menonjolkan diri, kesetiaannya yang luar biasa terhadap janjinya, kasih sayangnya yang amat besar pada kepada para sahabat dan pengikutnya, keberaniannya, kepercayaannya yang mutlak kepada Tuhan dan kepada misinya, inilah, dan bukan pedang, yang menghantarkan segala sesuatu dihadapan mereka dan mengatasi setiap masalah” (Mohandas Karamchand Gandhie, dalam majalah Young India, 1928)
“Tindak-tanduk kesehariannya, yang serius ataupun sepele, menjadi hukum yang ditaati dan ditiru secara sadar oleh jutaan orang masa kini. Tak seorangpun diperhatikan oleh golongan umat manusia mana pun seperti manusia sempurna ini yang diteladani secara seksama. Tingkah laku pendiri agama Kristen tidak begitu mempengaruhi kehidupan para pengikutnya. Selain itu, tak ada suatu pendiri agama yang dikucilkan tetapi memperoleh kedudukan mulia seperti Rasul Islam ini” (David George Hogarth, dalam Arabia, Oxford, 1922)
"Ajaran yang dibawa oleh Muhammad adalah peninggalan yg paling Bijaksana bukan hanya utk Muslim tapi utk seluruh Umat manusia " (Mahatma Gandhi)
 “Siapa pun yang mempelajari kehidupan dan sifat Nabi besar dari jazirah Arabia ini, siapa pun yang mengetahui bagaimana ia mengajar dan bagaimana ia hidup, pasti memberikan rasa hormat kepada Nabi agung itu, salah seorang utusan Tuhan yang luar biasa. Dan meskipun dalam uraian saya kepada Anda akan tersebut banyak hal yang barangkali sudah biasa bagi kebanyakan orang, akan tetapi setiap kali saya membaca-ulang tentang dia, saya sendiri merasakan lagi kekaguman yang baru, menimbulkan lagi rasa hormat yang baru kepada guru bangsa Arab yang agung itu.”(Annie Besant, 1847-1933, Teosof Inggris dan pemimpin nasionalis India)


So, jangan benci sebelum kenal. Cobalah untuk mengenal Nabi Muhammad secara lebih mendalam. Dari sisi mana Nabi Muhammad dapat disalahkan? kecuali dari cerita dusta yang hanya diada-ada.
-fais
5:57 AM | Author: Akhmad Fais Fauzi

20 tahun sudah saya tinggal di ibukota negara ini, Jakarta. Banyak sekali masalah perkotaan yang saya rasakan. Mulai dari macet, polusi, pencemaran lingkungan, permukiman kumuh, gak ada ruang terbuka hijau, ketimpangan sosial (yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin), dan banyak lagi masalah lain yang saya rasakan. Dalam diri saya, saya berpikir pasti ada sistem yang salah dalam hal ini. Menurut saya pribadi, akar masalah dari Jakarta adalah kesadaran masyarakat. Dalam hal ini saya mencermati masalah kemacetan. Apakah dengan memperlebar jalan akan mengurangi kemacetan? menurut saya tidak. Solusi akarnya yaitu ningkatin kesadaran masyarakat untuk ngegunain kendaraan umum dibanding kendaraan pribadi. Bayangin aja misalkan kuota 1 bus sekitar 50 org dibanding dengan mobil yang isinya rata2 cuma 1 orang. Kalo semua orang naik kendaraan umum pasti bakalan gak macet kota ini. Tapi kita gak nyalahin masyarakat kalo mereka gak naik kendaraan umum. Sebab kendaraan umum dijakarta itu sumpek, panas, kotor, polusinya tinggi, gak aman, ugal2an, gak berkualitas banget deh. Disini peran pemerintah khususnya dan semua pihak pada umumnya untuk berusaha ningkatin kualitas kendaraan umum. Jika kendaraan umum itu aman, bersih, teratur, tidak ugal2an, gak sumpek, n nyaman,, siapa yang gak mau naik kendaraan umum?. Bahkan lebih enak daripada naik mobil sendiri karena harus ngeluarin biaya mahal untuk bensin dan perawatan. Selain itu juga masih tetep kena macet lagi.
Karena itu, tantangan bersama ini harus di hadapi bersama juga. Masyarakat jangan cuma dipandang sebagai obyek pembangunan, tetapi juga sebagai subyek pembangunan. Dan yang gak kalah penting. uang pembangunan itu jangan sampe dikorupsi!!
-fais
5:48 AM | Author: Akhmad Fais Fauzi
Kita, sebagai manusia yang masih diberikan kesempatan bernafas, pasti pernah merasakan adanya masalah. Bukan hidup namanya jika gak ada masalah. Tapi kenapa sih harus ada masalah?Masalah kan cuma bikin hidup susah n gak ada manfaatnya?

Saat ini aku kuliah di UGM, n beberapa hari lalu aku ke kotagede yang banyak menjual perhiasan perak yang sangat indah. Aku sempet mikir n bertanya2, Kok perak bisa sebagus n semengkilap ini ya?bukannya sewaktu di alam perak ini warnanya abu2 gelap dan bercampur penuh kotoran?? Setelah kucari tahu ternyata perak agar dapat bagus dan mengkilap harus melalui berkali2 pembakaran, pemanasan, dan penempaan. Sekali perak dipanaskan, kotoran seperti pasir akan lepas sedikit dari perak itu. Kemudian di panaskan kedua kali, semakin sedikit kotoran yang menempel. Dan dilakukan pemanasan terus menerus hingga perak dapat bersih dan mengkilap.

Sama halnya kaya hidup kita. Dalam hidup, masalah akan menjadi pemanas dan penempa yang akan melepaskan kotoran dalam diri. Semakin banyak masalah yang dapat dihadapi, akan semakin bagus, mengkilap, dan berkualitas hidup kita. Namun terkadang kita terlalu memandang masalah sebagai sesuatu yang membelenggu hidup kita. Hidup terasa tak berarti lagi saat masalah yang berat datang. Tapi justru itulah cobaan yang akan menjadikan hidup penuh makna. Saat ini kita terlalu berfokus pada masalah, bukan pada penyelesaian masalah. Yakinlah, pasti setiap masalah ada jalan keluar. Allah SWT pun berfirman “setelah ada kesulitan pasti ada kemudahan”. Gak ada masalah yang gak bisa diselesaikan. Mungkin sesekali kita gagal dalam menyelesaikan masalah. Tapi apakah dengan gagal itu seluruh hidup kita juga gagal?tidak bukan?

Jika seorang wanita memasak ikan, kemudian ia gagal dan ikan tersebut gosong, apakah wanita tersebut ikut gosong pula? Yang gosong hanyalah “peristiwa”nya, bukan wanitanya. Kegagalan bukanlah sesuatu yang membuat hidup kita hancur. Justru dengan kegagalan, dapat menjadi pelajaran hidup kita untuk menuju keberhasilan. Tidak penting berapa kali kita gagal, yang terpenting adalah berapa kali kita bangkit dari kegagalan itu. Tak akan bisa seorang anak mengendarai sepeda jika ia tak mau bangkit dari jatuhnya yang berkali2. Tak akan terang dunia ini dengan lampu2 yang indah jika Edison memutuskan untuk menyerah pada kegagalannya yang beratus2 kali dalam mencari elemen yang tepat dalam bola lampu. Jadi buat apa sekarang kita takut pada masalah dan kegagalan? Hadapilah, resapilah, dan renungkanlah. Pasti dibalik semua itu akan ada hidup yang lebih bermakna, berkualitas, dan terang benderang :D
-fais