9:37 AM | Author: Akhmad Fais Fauzi
Hanya Sekedar Catatan Pribadi


Panik. Itulah hal pertama yang saya rasakan ketika tidak bisa mengakses akun instagram saya. Saya berharap akun tersebut tidak bisa diakses akibat kesalahan penulisan username atau password. Tapi setelah berulang kali saya mencoba, akhirnya saya menyadari bahwa bukanlah karena kesalahan penulisan username atau password, tapi akun saya telah dihack atau dihapus seseorang, atau mungkin juga dihapus oleh official instagram. Sebab ketika saya mencari nama akun saya di browser dan di akun instagram online shop keluarga saya, saya tidak menemukan adanya nama akun saya. Keadaan tersebut membuat keadaan saya bingung dan pasrah.

Bukanlah karena saya tidak akan bisa bersosmed via instagram lagi yang membuat saya bingung, sedih dan kecewa. Tapi lebih karena akun instagram milik saya adalah kumpulan album kenangan, potret momen-momen tak terlupakan dari suatu tempat, peristiwa, ataupun kebersamaan bersama keluarga, sahabat, dan teman-teman di sekitar saya sejak awal tahun 2012. Lebih dari itu, instagram saya juga merupakan album foto ‘jurnalistik’ versi pribadi yang disertai dengan caption gagasan, ide, pendapat, kritik, dan hal-hal yang sedang mengganggu pikiran saya di saat-saat tertentu. Sebab sebelumnya saya berpendapat bahwa media sosial paling baik dalam mengemukakan gagasan, ide, atau pendapat adalah instagram. Karena menurut saya, foto memiliki makna yang lebih luas dari ratusan kata, apalagi ditambah dengan caption yang biasanya saya pertegas dengan beberapa kalimat panjang. Namun kini saya merasa semua album ide pribadi sejak awal tahun 2012 tersebut terasa telah hilang seperti ditelan bumi yang tak akan mungkin kembali lagi.

Jika boleh mengingat-ingat konten dari instragram saya, setidaknya terdapat 4 garis besar dalam album kenangan tersebut. 

Pertama, berisi lesson learned dari lokasi atau tempat yang saya kunjungi. Hal ini berkaitan dengan interest dan latar belakang saya sebagai perencana kota, saya selalu memfoto dan menuliskan hal-hal apa yang bisa dipelajari dari kota atau daerah yang dikunjungi. Sebut saja tentang keindahan wisata, kebersihan daerah, ketegasan peraturan, kedetilan perencanaan, kekuatan identitas atau tema lokal, kemandirian daerah, kelebihan dominasi pejalan kaki dan pesepeda dibanding kendaraan bermotor, kehijauan dan daerah resapan air, keorientasian pengembangan bangunan menghadap sungai atau laut, kekuatan menarik investasi namun tidak mematikan ekonomi lokal, ketinggian aspek budaya dan sejarah yang dipertahankan, kekuatan pendidikan masyarakat yang tinggi, ketanggapan dan kepedulian terhadap perubahan zaman, ketepatan waktu transportasi umum, ketanggapan terhadap ancaman bencana atau mitigasi, keharmonisan dalam keberagaman, kesediaan permukiman bagi seluruh golongan, kemerataan pengembangan kota dan wilayah, kenyamanan jalan dan ruang terbuka, keberpihakan kepada masyarakat umum ataupun masyarakat miskin yang tertindas, keamanan dan ketertiban kota, keterkaitan antar wilayah yang baik, kehebatan kapasitas daerah atau pemimpinnya, kesediaan infrastruktur berbasis teknologi yang dapat dijangkau, kehumanisan perilaku manusianya, hingga keberlanjutan kota dan keseimbangan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat. Pembelajaran hal semacam itu saya peroleh dari kunjungan ke berbagai tempat yang saya abadikan dalam instagram seperti kota-kota di Jerman (misalnya Kassel, Stuttgart, Koln, Weimar, Bonn, Hann Muenden, Frankfurt, Heidelberg), kota-kota di Malaysia (misalnya Kuala Lumpur, Putra Jaya, Johor Bahru, Petaling Jaya), daerah-daerah di Singapura (misalnya Queenstown, Jurong, Orchard, Marina Bay, Kampong Glam, Chinatown, Sentosa Island), kota-kota di Thailand (misalnya Bangkok, Damnoen Saduak, Ratchabury), ataupun kota-kota di Indonesia (misalnya Yogyakarta, Medan, Pontianak, Kayong Utara, Karimata, Tanjung Selor, Balikpapan, Banjarmasin, Bandung, Sleman, Gunung Kidul, Bantul, Kulon Progo, Kota-kota di Pantura Jakarta - Surabaya, Kota-kota di Pansela Pulau Jawa, Denpasar, Mataram, Gili-Lombok, Makassar, Minahasa, Sinjai, dan berbagai daerah lain) yang kesemua itu memberikan lesson learnednya masing-masing yang telah tertulis dalam instagram yang hilang ditelan bumi tersebut.

Kedua, berisi momen penting bersama keluarga, pasangan, sahabat, dan teman-teman yang tak akan mungkin terulang kembali. Data foto bersama mereka pun belum ter back up, sehingga saya sangat menyayangkan hilangnya momen-momen yang terupload dalam instagram tersebut. Semoga Allah memberkahi semua orang-orang di sekitar saya.

Ketiga, berisi momen berbagi sedikit pengalaman, pengetahuan, dan dakwah kepada teman-teman dalam akun instagram. Walaupun tidak banyak, tapi saya beranggapan tiap orang memiliki tanggung jawab moral, intelektual, serta tanggung jawab sosial untuk dapat memberikan manfaat melalu berbagi ilmu kepada orang-orang di sekitarnya.

Dan keempat, instagram tersebut berisi pendapat, gagasan, atau kritik dengan cara halus dari isu-isu kontekstual yang terjadi. Sebut saja pendapat dan kritik tentang PKL, informalitas perkotaan, penggusuran, kebijakan pemimpin, kepedulian terhadap ketidakadilan kemanusiaan seperti di Palestina, serta apresiasi terhadap nilai-nilai lokalitas yang sesuai dengan norma dan hati nurani manusia.

Namun, itu semua hanya sekedar sedikit kenangan dari album instagram pribadi yang telah hilang. Kini nasi sudah menjadi bubur, saatnya tinggal memberi bumbu dan lainnya agar bisa dinikmati. Instagram telah hilang, saatnya tinggal menarik hikmah dari semua ini. Setelah benar-benar memikirkannya, mungkin ini jalan yang paling baik dengan hilangnya akun instagram. Mungkin ini juga teguran dari-Nya karena selama ini saya hanya sibuk berbagi via instagram dan malas menulis hal yang lebih bermanfaat, kurang banyak membaca dan mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Mungkin juga dengan hilangnya instagram ini adalah momen saya untuk fokus memperbaiki dan menghadapi masa depan. Ya, saya harus lebih fokus dengan berbagai pekerjaan saya. Pekerjaan sebagai tenaga ahli di salah satu kementerian yang berbasis dalam tata ruang, pekerjaan saya sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta, pekerjaan sebagai penanggung jawab perusahaan konsultan di bidang perencanaan, dan yang paling penting adalah pekerjaan mulia menjadi seorang ayah yang bertanggung jawab terhadap istri dan anak yang saat ini masih di dalam kandungan. Hal lainnya yang saya dapat dari hilangnya instagram ini adalah saya harus lebih fokus membaca dan menulis dibanding bersosmed. Hal yang jauh lebih mendasar, prinsipalm dan fundamental adalah saya harus lebih fokus mencari Ridho Allah dan Ridho kedua orang tua saya.



Jakarta, 22 September 2016 
2:03 PM | Author: Akhmad Fais Fauzi
Suatu ketika di sebuah taman di sudut kota Yogyakarta…
Anak kecil 1  : Halo teman-teman kita main tebak2an ABC yuk.
Anak kecil 2  : Ayo kita main ABC nama-nama buah ya. Oke kita mulai tebak2an nama buah yang diawali huruf A. Apa ayoo?
Anak kecil 3  : Apel!
Anak kecil 2  : Aku Anggur!
Anak kecil 1  : Yah apa lagi ya, aku bingung buah yg depannya diawali huruf A. Jangan tebak-tebakan nama2 buah deh, kita tebak2an nama2 koruptor aja gimana?
Anak kecil 2  : Setujuuu!
Anak kecil 3  : Setuju jugaa, kan di negeri ini lebih banyak koruptor daripada buah2an. Jadi tebak-tebakannya lebih mudah
Anak kecil 1  : Horeeee jadi gampaaang..
Dari percakapan di atas ada 2 hal yg dapat kita petik :
1. Sungguh miris negeri ini karena saat ini masih terdapat banyak koruptor
2. Tapi setidaknya bukan koruptor aja yang bisa mainin rakyat, rakyatpun (bahkan anak kecil) juga bisa mainin koruptor :p
1:55 PM | Author: Akhmad Fais Fauzi
Gila nih blog, masih utuh aja gue tinggal bertahun-tahun gak nulis. Gue kira udah berdebu, lumutan, atau semaput. Eh ternyata masih aja kaya dulu,... jamuran. Ya, tapi lumayan lah jamuran daripada lumutan, apalagi sekarang usaha jamur lagi "in", menjamur dimana-mana. *apacobageje

Cukup, sekarang mulai serius dikit. Rada nyesel sih udah lama gak ngeblog. Selama gue vakum ngeblog yang gue lakuin cuma nulis paper, essay, skripsi, yang semuanya itu biasa banget... *ampun ya Allah

Dan akhirnya sekarang disaat skripsi gue lagi gak setia & gak pengertian sama gue (atau mungkin guenya yang gak ngerti-ngerti), gue lebih milih main-main dulu sama blog.

Udah deh gitu aja, cukup pembukaannya, sekarang gue bakal coba go-blog lagi.
Karena kalo mau pinter, kita harus tetap goblog dan go-blog (quote nemu di Kontrakan Pak Irin)
Wassalam!
8:49 PM | Author: Akhmad Fais Fauzi

"Setiap fajar menyingsing
seekor rusa terjaga
Ia tahu hari ini ia harus lari lebih cepat
dari seekor singa tercepat
Jika tidak ia akan terbunuh

Setiap fajar menyingsing
seekor singa terbangun dari tidurnya
Ia tahu hari ini ia harus mampu
mengejar rusa yang paling lambat
Jika tidak, ia akan mati kelaparan

Tak masalah apakah kau seekor rusa,
ataupun seekor singa,
Karena setiap kali fajar menyingsing,
sebaiknya engkau mulai berlari!!"

-sastra kuno Afrika



9:06 AM | Author: Akhmad Fais Fauzi
Sampe kapan mereka bilang “kamu terlalu muluk2!” atau “itu sih idealnya…”


Idealis, sebuah aliran paradigma keyakinan atas suatu hal yang dianggap benar oleh seseorang. Idealisme tumbuh secara perlahan dalam jiwa seseorang, dan termanifestasikan dalam bentuk perilaku, sikap, ide ataupun cara berpikir. Ketika berdiskusi dengan beberapa teman tentang aliran paradigma ini, ternyata mereka memiliki alirannya masing-masing. Ada yang beraliran idealis, ada yang super idealis (mungkin lebih pas dibilang utopis), ada yang realistis, ada yang kelewatan realistis (dibaca: pesimistis), dan juga ada salah seorang teman yang beraliran iderealistis (dia ngarang sendiri). Menurut saya pribadi, tidak ada yang salah dari setiap aliran, paradigma, atau cara pandang tiap orang tersebut. Sebab saya yakin, dalam setiap aliran ini pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Kebanyakan teman-teman saya dan masyarakat Indonesia pada umumnya, beranggapan bahwa pandangan hidup yang idealis adalah paradigma yang harus dijauhi agar kehidupan berjalan dengan baik. Biarkanlah arus kehidupan yang membawa kita, ikuti situasi kondisi lingkungan yang ada (walaupun terkadang mengabaikan nilai kebenaran yang dia yakini). Atau istilahnya “dalam hidup gak usah macam-macam, ikuti arus aja”.

Namun bagi saya pribadi, saya memilih untuk berpandangan idealis. Idealis disini dalam artian mau melakukan perubahan baik dari kondisi buruk saat ini, mampu berbuat lebih dari apa yang diminta, berpikir out of the box dan tidak terpaku dengan apa yang ada, memimpikan dan mengejar sesuatu yangdiluar kebiasaan, tetapi tetap pada tataran nilai-nilai yang ada (bersumber dari pengalaman, pendidikan, kultur budaya, maupun kebiasaan).

Seringkali dalam kehidupan saya bertemu dengan orang yang realistis berlebihan atau mungkin pesimistis berkata, “kamu terlalu muluk2!”, atau “itu sih idealnya..” Misalkan ketika saya sedang naik bus kota dan berbicara kepada teman saya “wah seharusnya kendaraan umum ini ditingkatin kualitasnya, mulai dari jangan melebihi kuota, kursinya diperbagus, AC nya diperbaiki, kondekturnya ramah, supirnya mengendarai bus dengan tidak ugal-ugalan, emisi buangnya tidak polutif, tempat turun/naik (titik transit) dekat dengan tujuan perjalanan atau pusat kegiatan, ditambah dengan peningkatan kualitas kendaraannya secara umum. Jika semua itu dilakukan, pasti akan banyak yang pindah dari pengguna mobil atau motor pribadi menjadi naik bus”. Menanggapi pernyataan saya, teman saya berkata, “ah kamu terlalu mimpi, muluk-muluk, terlalu berfantasi. Itu kan idealnya, susah tau diterapin”.

Pendapat saya dalam hal ini, memang upaya memperbaiki suatu hal tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Tapi ketika ingin menuju keadaan yang lebih baik, kita harus idealis, optimis, dan perlu ada perubahan. Perubahan ini menurut saya menjadi kata kunci dalam paradigma idealis. Dunia tak akan membaik ketika tak ada mimpi untuk merubahnya. Tidak akan pernah bangsa ini merdeka jika pahlawan kita tidak memiliki idealis untuk merdeka. Tidak akan pernah orang kulit hitam menjadi pemimpin, bos, atu bahkan artis di Afrika Selatan dan belahan dunia lain jika Nelson Mandela tidak beridealis melawan politik apartheid. Dan jauh lebih dari itu, tidak akan terang benderang masa kini jika Nabi Muhammad tidak memberikan intervensi perubahan pada masa jahilia pada masa tersebut. Jadi jelas, perubahan besar terjadi karena adanya idealis dari sesuatu yang dianggap benar. Jangan terjebak dengan pernyataan “kita tidak akan bisa, sulit diterapkan, atau kamu terlalu muluk”.

Namun begitu, hal yang harus digaris bawahi dalam hal ini adalah idealis bukanlah mimpi dan fantasi belaka. Idealis harus tetap logis dan berdasar pada nilai-nilai yang ada. Pandangan realistis bukanlah musuh dari pandangan idealis. Idealis dapat terjadi karena keinginan realistis kita untuk berada dalam kondisi yang benar dan ideal. Keduanya berjalan searah dan selaras, bukan berbanding terbalik.

Selamat ber-idealis untuk mewujudkan kondisi ideal!        
12:59 AM | Author: Akhmad Fais Fauzi

Tidak terasa tahun baru 2012 telah tiba. Malam tahun baru kali ini saya habiskan di Kota Yogyakarta, tempat dimana saya berkuliah. Malam tahun baru kemarin sama seperti malam2 tahun baru sebelumnya. Setiap orang menyiapkan terompet untuk ditiup tepat pada saat pergantian tahun. Tepat pukul 00.00 suara terompet begitu menggema dan bergemuruh, orang-orang pun sorak sorai bergembira. Pagi pun datang, sisa-sisa sampah hasil pesta malam tahun baru sangat berserakan. Dalam hati kecil saya berpikir, alangkah sebuah pemborosan yang besar peristiwa malam tahun baru. Jutaan bahkan hingga ratusan juta rupiah dihabiskan dengan sekejap hanya untuk terompet dan petasan.

Di sisi lain malam tahun 2012 lalu juga terdapat suara menggema dan bergemuruh. Hanya saja bukan terompet yang berbunyi, melainkan bunyi perut masyarakat fakir miskin yang masih hidup dalam kelaparan dan kemiskinan. Ketika peniup terompet dan pemasang petasan tidur karena lelahnya peristiwa malam tahun baru, si fakir beraksi untuk mengais sisa-sisa barang bekas dan makanan yang masih berserakan. Sungguh miris melihat fenomena kontradiktif semacam itu di Indonesia, apalagi ini terjadi di Kota Yogyakarta, yang notabennya sebagai Kota Pelajar, Kota Budaya, dan Kota Humanis. Mungkin di kota lain fenomena semacam ini jauh lebih kentara.

Kejadian diatas menyadarkan saya, ternyata peristiwa tahun baru itu tidaklah penting. Yang penting adalah cara pandang yang baru dalam setiap kejadian di tahun baru ini. Tahun baru yang sesungguhnya dapat dikatakan ketika kita sudah mampu mengubah kebiasaan buruk yang lama, menggantinya dengan cara pikir, sikap, dan tingkah laku baru yang didasari hubungan dengan Sang Pencipta maupun hubungan dengan sesama manusia. Tahun baru juga berarti kita harus mampu mengasah kompetensi diri dengan metode yang baru untuk meraih jenjang karier yang baru. Makna tahun baru berada pada pencarian jati diri yang sesungguhnya tentang makna kehidupan dan arti hidup. Cobalah untuk memulai merubah pandangan mengenai harta, jabatan, maupun tentang pribadi orang lain. Contohnya seperti, ketika kita punya banyak harta alhamdulillah sekali, kita bisa beli barang yang kita butuhkan, namun bukan keinginan semata-mata melainkan memang yang kita butuh. Selain itu banyak harta bisa bantu orang yang membutuhkan. Banyak harta juga harus semakin mensyukuri nikmat Allah karena masih banyak orang lain yang hidup menderita, tetapi diri kita dicukupkan. 
Namun jika punya sedikit harta?Alhamdulillah, tenyata kita bisa belajar arti hidup dalam kesederhanaan. Selain itu juga tahu bahwa hidup dengan sedikit harta memang sulit sehingga mampu ikut merasakan orang lain yang menderita, mendorong kita untuk berbagi dan berjiwa sosial. Alhamdulillah pula, dengan sedikit harta mengharuskan kita untuk mampu memanajemen prioritas kebutuhan, sehingga dapat belajar kehematan. Selain itu menjadi pemantik dan pemotivasi kita untuk bekerja keras dan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan hasil yang baik yang akan berdampak pada peningkatan ekonomi. Sedikit harta bukan alasan untuk tidak bersedekah dengan orang lain, ketika orang kaya bersedekah wajar saja karena dia kelebihan harta. Tapi alangkah lebih hebatnya ketika kita dapat memberi justru dalam keadaan kekurangan. Tak ada harta, senyumpun dapat menjadi sedekah kita yang bernilai pada orang lain. :)
Tahun baru cobalah untuk berpositive thinking dan berpositive doing agar mampu menemukan arti hidup yang baru. Selamat berpositif!
-fais
5:16 PM | Author: Akhmad Fais Fauzi

Akhir-akhir ini, kita sangat sering melihat dan mendengar makin parahnya hinaan yang ditujukan pada Nabi Muhammad. Mulai dari ejekan orang kafir yang bahwa Muhammad hanya seorang pembohong, penyihir, orang gila, pemimpin irasional yang gila wanita, sampai kepada kumpulan karikatur yang disebarluaskan oleh media Denmark, Jyllen-Postern yang berisikan penghinaan parah terhadap Rasulullah. Bahkan lebih parahnya lagi, ketika saya sedang membuka jejaring sosial Facebook, terpampang jelas sebuah grup yang sangat membuat emosi diri ini naik dan tentu sangat memprovokasi seluruh umat muslim di dunia. Grup bernama “Everybody Draw Muhammad Day” ini menetapkan tanggal 20 Mei sebagai hari menggambar karikatur Muhammad. Padahal jelas-jelas dalam agama Islam menggambar Nabi Muhammad adalah hal dilarang karena dapat menimbulkan kemusyrikan. Menggambar Muhammad ketika melakukan aktivitas sehari-hari saja tidak boleh apalagi ini berisikan penghinaan.

Seringkali saya bertanya dalam hati, mengapa mereka membenci Nabi Muhammad? Mereka yang membenci tidak tahu apa2 tentang Nabi Muhammad, kehidupannya yang penuh ketauladanan, ucapan indahnya yang membuat semua orang yang mendengar terguncang hatinya, tingkah laku yang hanya didedikasikan untuk keridhaan Allah, serta ketetapannya yang jauh lebih sempurna dibanding dengan undang-undang buatan manusia. Mereka telah mendapatkan cerita yang keliru dari orang yang benci Nabi Muhammad sebelumnya, kemudian diceritakan kembali dengan cerita yang jauh dilebih-lebihkan dengan dasar kebencian yang tak beralasan. Mereka telah menutup diri dan hati mereka untuk mencoba mengenal Nabi Muhammad sesungguhnya.

Mungkin mereka menganggap saya hanya melakukan pembelaan karena saya merupakan seorang muslim. Tapi saya mencoba seobjektif mungkin dengan mencari beberapa pandangan dari non-muslim yang benar-benar membuka diri untuk mengenal Nabi Muhammad sesungguhnya. Sebagai catatan, mereka tidak masuk Islam namun berpendapat objektif tentang Nabi Muhammad.
“Pilihan saya menempatkan Muhammad di urutan teratas mungkin mengejutkan para pembaca dan dipertanyakan banyak orang, tetapi Muhammad adalah satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil dalam dua tataran sekaligus, agama dan sekular” (Michael H. Hart dalam buku The 100:A Ranking of The Most Influental Persons In History, New York, 1978) 
“Filosof, orator, utusan Tuhan, pembuat undang-undang, pejuang, penakluk pikiran, pembaru dogma-dogma rasional dan penyembahan kepada Tuhan yang tak terperikan, pendiri dua puluh kerajaan bumi dan satu kerajaan langit, dialah Muhammad. Berkaitan dengan semua norma yang menjadi tolak ukur kemuliaan manusia, kita boleh bertanya, adakah manusia yang lebih besar daripada dia?” (Alphonse de Lamartine dalam buku Historie De La Turquie, Paris, 1854) 
“Saya semakin yakin bahwa bukanlah pedang yang menaklukkan sebuah daerah bagi Islam untuk hidup di zaman itu. Kesederhanaan yang teguh, Nabi yang sama sekali tidak menonjolkan diri, kesetiaannya yang luar biasa terhadap janjinya, kasih sayangnya yang amat besar pada kepada para sahabat dan pengikutnya, keberaniannya, kepercayaannya yang mutlak kepada Tuhan dan kepada misinya, inilah, dan bukan pedang, yang menghantarkan segala sesuatu dihadapan mereka dan mengatasi setiap masalah” (Mohandas Karamchand Gandhie, dalam majalah Young India, 1928)
“Tindak-tanduk kesehariannya, yang serius ataupun sepele, menjadi hukum yang ditaati dan ditiru secara sadar oleh jutaan orang masa kini. Tak seorangpun diperhatikan oleh golongan umat manusia mana pun seperti manusia sempurna ini yang diteladani secara seksama. Tingkah laku pendiri agama Kristen tidak begitu mempengaruhi kehidupan para pengikutnya. Selain itu, tak ada suatu pendiri agama yang dikucilkan tetapi memperoleh kedudukan mulia seperti Rasul Islam ini” (David George Hogarth, dalam Arabia, Oxford, 1922)
"Ajaran yang dibawa oleh Muhammad adalah peninggalan yg paling Bijaksana bukan hanya utk Muslim tapi utk seluruh Umat manusia " (Mahatma Gandhi)
 “Siapa pun yang mempelajari kehidupan dan sifat Nabi besar dari jazirah Arabia ini, siapa pun yang mengetahui bagaimana ia mengajar dan bagaimana ia hidup, pasti memberikan rasa hormat kepada Nabi agung itu, salah seorang utusan Tuhan yang luar biasa. Dan meskipun dalam uraian saya kepada Anda akan tersebut banyak hal yang barangkali sudah biasa bagi kebanyakan orang, akan tetapi setiap kali saya membaca-ulang tentang dia, saya sendiri merasakan lagi kekaguman yang baru, menimbulkan lagi rasa hormat yang baru kepada guru bangsa Arab yang agung itu.”(Annie Besant, 1847-1933, Teosof Inggris dan pemimpin nasionalis India)


So, jangan benci sebelum kenal. Cobalah untuk mengenal Nabi Muhammad secara lebih mendalam. Dari sisi mana Nabi Muhammad dapat disalahkan? kecuali dari cerita dusta yang hanya diada-ada.
-fais